Marketing
Politik
Sarah Santi, Msi
Pada kesempetan kali ini kelas kapita selekta kedatang dosen tamu
yang berasal dari Universitas Esa Unggul, dosen tersebut bernama Ibu Sarah
Santi, Msi. Topik yang akan diberikan beliau pada kesempatan kali ini adalah
tentang marketing politik.
Beliau menjelaskan ada suatu pertentangan ketika marketing dan
politik saling bertemu, dan kedua hal ini merupakan hal yang sangat mencolok
perbedaannya.
Beliau juga menjelaskan bahwa Indonesia itu merupakan Negara yang
menganut paham Neoliberaslisme yaitu paham dimana Indonesia sangat bebas mengimport
barang dari luar tanpa adanya proteksi pembatasan kuota dari pemerintah. Hal
ini menurut beliau merupakan salah satu faktor yang membuat Indonesia dilanda
krisis bahan pokok misalya naiknya harga kedelai yang menjadi bahan dasar
pembuatan tempe, sehingga para pengusaha tempe banyak yang gulung tikar.
Ibu Sarah menjelaskan jika marketing dan politik bertemu maka
dikhawatirkan akan terjadi transaksi contradiction in terminis. Jika tidak
ingin terjadi pertentangan antara marketing dan politik maka yang perlu dilakukan adalah
- Politik harus berubah dalam mendekatkan diri dengan Voters.
- Mengubah pandangan tentang marketing.
Pada pertengahan kuliah juga beliau menyinggung tentang pemilihan
umum yang akan terjadi pada tahun 2014 mendatang
Pemilih terbagi
dalam 4 segmen:
- Pemilih Rasional yaitu pemilih yang memilih seorang pemimpin berdasarkan sejauh mana dampak positif yang dapat diberikan oleh si calon pemimpin, jadi pemilih tipe ini tidak mementingkan Ideologi tapi berdasarkan tingginya tingkat Problem Solving yang dapat di berikan.
- Pemilih Kritis yaitu pemilih yang memiliki Ideologi tinggi dan memilih pemimpin berdasarkan tingkat problem solving yang tinggi. Pemilih tipe ini akan memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan oleh sang calon pemimpin secara detail.
- Pemilih Tradisional yaitu pemilih yang memilih berdasarkan ideology yang tinggi tapi tidak melihat cara mengatasi suatu permasalahan
- Pemilih Skeptis yaitu tipe pemilih yang acuh terhadap siapa saja yang akan menjadi pemimpin, jadi menurut mereka siapa saja yang menjadi pemimpin tidak jadi masalah yang berarti.
Beliau membertahu kami bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus
lah mempunyai 3 faktor penting sebagai calon pemimpin
- Harus popular, jadi untuk menjadi pemimpin hruslah dikenal oleh banyak masyarakat karena jika sudah terkenal maka akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari masyarakat
- Harus disukai, akan terlihat sia-sia jika seorang calon pemimpin yang sudah terkenal tetapi tidak disukai oleh pemilih, maka dari itu seorang calon pemimpin harus melakukan kegiatan positif agardapat disukai masyarakat.
- Dipilih, setelah kedua factor tersebut terpenuhi barulah bisa membuat seorang calon pemimpin dapat dipilih oleh masyarakat.
Media pada zaman sekarang tidak hanya menjadi saran mediasi atau saluran untuk menyampaikan informasi kepada khalayak, melainkan beralih fungsi menjadi Mediatisasi yaitu dimana media berperan untuk membentuk pola prilaku dan membingkai pikiran khalayak.
Beliau menjelaskan fungsi Public Relation dalam suatu organisasi
adalah sebagai lilin yang menerangi tempat yang gelap, sehingga tempat yang
gelap tersebut dapat terlihat dengan jelas. Jadi seorang PR yang berada dalam
suatu orgnisasi tertentu haruslah bisa memperbaiki situasi yang sedang buruk.
Diskusi
Kelompok:
Beradasarkan teori yang dibahas
Ibu Santi mengenai Marketing Politik adalah hal yang ideal dan sebenarnya sah
untuk dijalankan. Namun bagaimana dengan realitanya? Khususnya di Indonesia itu
sendiri. Kita mengambil contoh yang telah dijelaskan sebelumnya, mengenai
Marketing politik pada saat pemilihan gubernur kota Jakarta 2013.
Pengeluaran yang begitu luar biasa untuk sebuah pemilihan gubernur Jakarta.
Apakah hal tersebut merupakan hal yang penting?
Marketing Politik dalam pemilihan gubernur 2013 tidak berjalan
sebagaimana seharusnya, dimana seharusnya menjadi ajang bagi para calon
menyusun program kerja yang sesuai ideologi agar terjadi system kerja yang baik
dan berstruktur.
Hasil akhirnya adalah pengeluaran yang begitu besar tidak menjadikan
mereka sebagai gubernur kota Jakarta. Sangat disayangkan melihat pengeluaran
uang yang begitu besar dipergunakan untuk hal yang tidak mensejahterahkan
masyarakat Indonesia.
Kelompok
kami berharap dalam proses perjalanan marketing politik seharusnya ada
aturan-aturan yang menjelaskan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan calon,
terlebih lagi adalah mengetahui hal yang penting dan tidak penting bagi
kesejahterahan rakyat. Dengan begitu, pengeluaran uang tidak akan terbuang
percuma, namun sebaliknya dapat dikelola untuk membangun kehidupan penduduk
Indonesia, khususnya Jakarta.