DR. Eko Harry Susanto
Ekonomi media adalah bagaimana cara media
mengemas sesuatu untuk motif ekonomi, karena media tidak hanya memberikan
hiburan kepada masyarakat, melainkan media juga berhak untuk berbisnis.
Demokrasi media adalah ruang public sebagai potensi
demokratis media tenggelam ketika rasionalitas birokrasi atau modal mulai
mengambil alih dan mendominasi fungsi, sistem kerja dan orientasi produk media
(Agus Sudibyo, 2009 : xix).
Media yang paling bebas adalah media cetak, karena di media
cetak dapat memasang iklan apapun dan belum ada hukum yang mengaturnya.
Sementara media radio, tidak dapat dibuat sembarangan, karena terdapat
Undang-Undang yang mengaturnya, dan frekuensinya pun di atur oleh pemerintah.
Misalkan saja seperti pidato Surya Paloh, seharusnya hal
tersebut tidak ditayangkan oleh pihak TV, karena TV adalah media yang
diperuntukkan ruang public, tidak bisa untuk kepentungan sekelompok orang.
Karena pidato tersebut untuk kepentingan Partai Politik yang Surya Paloh
naungi. Seperti audisi yang diadakan oleh salah satu stasiun TV yaitu XFactor.
Sekilas, ini hanyalah sebuah kompetisi, namun kita harus melihat lebih jauh ke
dalam, bahwa kompetisi menyanyi ini tidak dapat dilepaskan dari nuansa politik
didalamnya. Seperti hadirnya Wiranto dari partai Hanura dalam grand final X-Factor.
Tentu hal ini, secara tidak langsung ingin membuat Wiranto menjadi lebih
dikenal oleh masyarakat, karena beliau adalah CAPRES 2014 mendatang. Padahal
seharusnya, tidak boleh adanya kepentingan publik di kompetisi tersebut, itu
seharusnya murni hiburan karena media merupakan ruang publik.
Source: http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/20130525_fatin-shidqia-lubis-juara-x-factor-indonesia_5405.jpg / 2/09/2013
- · Media sebagai ruang public politik.
Massa nya
yang banyak, dipamerkan oleh media, padahal sebenarnya mereka dibayar oleh
pihak media.
- · Rasionalitas komunikatif media, mewujudkan kedaulatan publik.
Menggunakan
kemampuan yang dimiliki, jangan seenaknya sendiri. Karena media ini adalah
milik umum, bukan sekelompok orang.
- · Media massa sebagai cermin masyarakat.
Terdapat
478 stasiun TV. Masih sangat banyak stasiun TV mendatang yang menunggu untuk
disiarkan.
Salah
satu unsur ekonomi media adalah media mencari keuntungan dengan tujuan untuk
meningkat ekonomi dari stasiun TV itu sendiri.
Problem Media
Ekonomi Media
Media massa memiliki orientasi keuntungan
yang dikehendaki oleh perusahaan untuk menjalankan roda organisasi. Semua
program yang ada ditentukan oleh pemilik media. Pemilik media ini, terkadang
dilema karena lebih mengutamakan bisnis dan kemajuan ekonomi mereka ketimbang
mengutamakan ruang publik ataupun hiburan untuk masyarakat.
Ekonomi Media menurut Denis McQuail
- Teori media politik adalah ketergantungan ideology pada kekuatan ekonomi.
- Media bagian dari system ekonomi yang bertalian erat dengan system politik.
Contoh : Media cetak Kompas. Media cetak ini sangat dikenal
dibidangnya, namun karena saat ini zaman berpindah ke penggunaan teknologi,
Kompas tidak ingin ketinggalan, Kompas juga membuat versi online dan e-newspaper
nya.
UU No 49/1999 mengenai pers : “ Perusahaan Pers memberikan
kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan Pers dalam bentuk kepemilikan saham
dan atau laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.”
Produksi
Informasi
Informasi
yang diproduksi media ditentukan oleh nilai tukar, perluasan pasar dan
kepentingan ekonomi pemilik media.
- Media adalah proses ekonomi yang menghasilkan komoditi (isi).
- Media sesungguhnya mengarahkan perhatian khalayak ke iklan.
Audience
sebagai pasar:
- Media dan khalayak adalah hubungan konsumen-produsen bersifat kalkulatif.
- Tidak menghiraukan hubungan social khalayak.
- Stratifikai social-ekonomi memperngaruhi produksi informasi media.
- Prinsip pasar, khalayak yang memilih untuk melihat dan mendengar media adalah sasaran perhatian media.
Kesimpulan (Diskusi Kelompok)
Ekonomi politik media adalah studi tentang hubungan-hubungan
sosial, khusus antara hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan antara
sumber-sumber produksi, distribusi dan konsumsi, termasuk didalamnya
sumber-sumber yang terkait dengan komunikasi.
Yang saat ini sedang menjadi trend tontonan masyarakat kita
layaknya media massa yang melakukan penetrasi sosial atas berbagai ragam dan
isinya yang tidak lagi hanya terbatas salah satu ideologi saja di dalamnya
semisal ekonomi dan politik seolah telah menjelma menjadi sebuah realitas
sosial yang “wajib” ditonton pemisarnya.
Apalagi penghegemoni industri media massa di Indonesia yaitu
13 grup perusahaan media swasta nasional. Mereka adalah MNC Group dimiliki oleh
Hary Tanoesoedibjo mempunyai 20 stasiun televisi, 22 stasiun radio, 7 media
cetak dan 1 media online; Kompas Gramedia Group milik Jacob Oetomo
memiliki 10 stasiun televisi, 12 stasiun radio, 89 media cetak dan 2
media online; Elang Mahkota Teknologi milik Eddy Kusnadi
Sariaatmadja mempunyai 3 stasiun televisi dan 1 mediaonline; sedangkan
Mahaka Media dipunyai oleh Abdul Gani dan Erick Tohir mempunyai 2 stasiun
televisi, 19 stasiun radio, dan 5 media cetak; CT Group dipunyai Chairul
Tanjung memiliki jaringan 2 stasiun televisi, 1 media online. Grup
perusahaan lainnya adalah Beritasatu Media Holdings/Lippo Group yang dimiliki
James Riady mempunyai 2 stasiun televisi, 10 media cetak dan 1 media online;
Media Group milik Surya Dharma Paloh memiliki 1 stasiun televisi dan 3 media
cetak; Visi Media Asia (Bakrie & Brothers) milik Anindya Bakrie
mempunyai 2 stasiun televisi dan 1 mediaonline; Jawa Pos Group milik
Dahlan Iskan dan Azrul Ananda mempunyai 20 stasiun televisi, 171 media cetak
dan 1 media online; MRA Media milik Adiguna Soetowo dan Soetikno
Soedarjo memiliki 11 stasiun radio, 16 media cetak; Femina Group milik Pia
Alisyahbana dan Mirta Kartohadiprodjo mempunyai 2 stasiun radio dan 14 media
cetak; Tempo Inti Media milik Yayasan Tempo memiliki 1 stasiun televisi, 1
stasiun radio, 3 media cetak dan 1 media online; Media Bali Post
Group (KMB) milik Satria Narada mempunyai 9 stasiun televisi, 8 stasiun radio,
8 media cetak dan 2 mediaonline (Nugroho, Yanuar. dkk. 2012 dan
Lim, M. 2012).
Source : http://jmr2012.combine.or.id/agenda/view/29/peta-penguasaan-industri-media-di-indonesia.html
/3/9/13
Inilah yang
disebut dengan ekonomi politik dimana terjadi hubungan yang menguntungkan
antara kegiatan politik dan media. Media yang saat ini tengan berkembang pesat
dijadikan jalan bagi para politisi untuk memperbaiki citra diri mereka
dihadapan publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar