Selasa, 03 September 2013

Ekonomi Politik Media

DR. Eko Harry Susanto

Ekonomi media adalah bagaimana cara media mengemas sesuatu untuk motif ekonomi, karena media tidak hanya memberikan hiburan kepada masyarakat, melainkan media juga berhak untuk berbisnis.

Demokrasi media adalah ruang public sebagai potensi demokratis media tenggelam ketika rasionalitas birokrasi atau modal mulai mengambil alih dan mendominasi fungsi, sistem kerja dan orientasi produk media (Agus Sudibyo, 2009 : xix).

Media yang paling bebas adalah media cetak, karena di media cetak dapat memasang iklan apapun dan belum ada hukum yang mengaturnya. Sementara media radio, tidak dapat dibuat sembarangan, karena terdapat Undang-Undang yang mengaturnya, dan frekuensinya pun di atur oleh pemerintah.

Misalkan saja seperti pidato Surya Paloh, seharusnya hal tersebut tidak ditayangkan oleh pihak TV, karena TV adalah media yang diperuntukkan ruang public, tidak bisa untuk kepentungan sekelompok orang. Karena pidato tersebut untuk kepentingan Partai Politik yang Surya Paloh naungi. Seperti audisi yang diadakan oleh salah satu stasiun TV yaitu XFactor. Sekilas, ini hanyalah sebuah kompetisi, namun kita harus melihat lebih jauh ke dalam, bahwa kompetisi menyanyi ini tidak dapat dilepaskan dari nuansa politik didalamnya. Seperti hadirnya Wiranto dari partai Hanura dalam grand final X-Factor. Tentu hal ini, secara tidak langsung ingin membuat Wiranto menjadi lebih dikenal oleh masyarakat, karena beliau adalah CAPRES 2014 mendatang. Padahal seharusnya, tidak boleh adanya kepentingan publik di kompetisi tersebut, itu seharusnya murni hiburan karena media merupakan ruang publik.




  • ·      Media sebagai ruang public politik.
Massa nya yang banyak, dipamerkan oleh media, padahal sebenarnya mereka dibayar oleh pihak media.
  • ·      Rasionalitas komunikatif media, mewujudkan kedaulatan publik.
Menggunakan kemampuan yang dimiliki, jangan seenaknya sendiri. Karena media ini adalah milik umum, bukan sekelompok orang.
  • ·      Media massa sebagai cermin masyarakat.
Terdapat 478 stasiun TV. Masih sangat banyak stasiun TV mendatang yang menunggu untuk disiarkan. 

Salah satu unsur ekonomi media adalah media mencari keuntungan dengan tujuan untuk meningkat ekonomi dari stasiun TV itu sendiri.


Problem Media



                                                                                                                       
Ekonomi Media

Media massa memiliki orientasi keuntungan yang dikehendaki oleh perusahaan untuk menjalankan roda organisasi. Semua program yang ada ditentukan oleh pemilik media. Pemilik media ini, terkadang dilema karena lebih mengutamakan bisnis dan kemajuan ekonomi mereka ketimbang mengutamakan ruang publik ataupun hiburan untuk masyarakat.



Ekonomi Media menurut Denis McQuail

  1.          Teori media politik adalah ketergantungan ideology pada kekuatan ekonomi.
  2.          Media bagian dari system ekonomi yang bertalian erat dengan system politik.
Contoh : Media cetak Kompas. Media cetak ini sangat dikenal dibidangnya, namun karena saat ini zaman berpindah ke penggunaan teknologi, Kompas tidak ingin ketinggalan, Kompas juga membuat versi online dan e-newspaper nya.

UU No 49/1999 mengenai pers : “ Perusahaan Pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan Pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.”



Produksi Informasi

Informasi yang diproduksi media ditentukan oleh nilai tukar, perluasan pasar dan kepentingan ekonomi pemilik media.
  • Media adalah proses ekonomi yang menghasilkan komoditi (isi).             
  • Media sesungguhnya mengarahkan perhatian khalayak ke iklan.

Audience sebagai pasar:

  • Media dan khalayak adalah hubungan konsumen-produsen bersifat kalkulatif.
  • Tidak menghiraukan hubungan social khalayak.
  • Stratifikai social-ekonomi memperngaruhi produksi informasi media.
  • Prinsip pasar, khalayak yang memilih untuk melihat dan mendengar media adalah sasaran perhatian media.


Kesimpulan (Diskusi Kelompok)

Ekonomi politik media adalah studi tentang hubungan-hubungan sosial, khusus antara hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan antara sumber-sumber produksi, distribusi dan konsumsi, termasuk didalamnya sumber-sumber yang terkait dengan komunikasi.

Yang saat ini sedang menjadi trend tontonan masyarakat kita layaknya media massa yang melakukan penetrasi sosial atas berbagai ragam dan isinya yang tidak lagi hanya terbatas salah satu ideologi saja di dalamnya semisal ekonomi dan politik seolah telah menjelma menjadi sebuah realitas sosial yang “wajib” ditonton pemisarnya.

Apalagi penghegemoni industri media massa di Indonesia yaitu 13 grup perusahaan media swasta nasional. Mereka adalah MNC Group dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo mempunyai 20 stasiun televisi, 22 stasiun radio, 7 media cetak dan 1 media online; Kompas Gramedia Group milik Jacob Oetomo memiliki 10 stasiun televisi, 12 stasiun radio, 89 media cetak dan 2 media online; Elang Mahkota Teknologi milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja mempunyai 3 stasiun televisi dan 1 mediaonline; sedangkan Mahaka Media dipunyai oleh Abdul Gani dan Erick Tohir mempunyai 2 stasiun televisi, 19 stasiun radio, dan 5 media cetak; CT Group dipunyai Chairul Tanjung memiliki jaringan 2 stasiun televisi, 1 media online. Grup perusahaan lainnya adalah Beritasatu Media Holdings/Lippo Group yang dimiliki James Riady mempunyai 2 stasiun televisi, 10 media cetak dan 1 media online; Media Group milik Surya Dharma Paloh memiliki 1 stasiun televisi dan 3 media cetak; Visi Media Asia (Bakrie & Brothers) milik Anindya Bakrie mempunyai 2 stasiun televisi dan 1 mediaonline; Jawa Pos Group milik Dahlan Iskan dan Azrul Ananda mempunyai 20 stasiun televisi, 171 media cetak dan 1 media online; MRA Media milik Adiguna Soetowo dan Soetikno Soedarjo memiliki 11 stasiun radio, 16 media cetak; Femina Group milik Pia Alisyahbana dan Mirta Kartohadiprodjo mempunyai 2 stasiun radio dan 14 media cetak; Tempo Inti Media milik Yayasan Tempo memiliki 1 stasiun televisi, 1 stasiun radio, 3 media cetak dan 1 media online; Media Bali Post Group (KMB) milik Satria Narada mempunyai 9 stasiun televisi, 8 stasiun radio, 8 media cetak dan 2 mediaonline (Nugroho, Yanuar. dkk. 2012 dan Lim, M. 2012).








Inilah yang disebut dengan ekonomi politik dimana terjadi hubungan yang menguntungkan antara kegiatan politik dan media. Media yang saat ini tengan berkembang pesat dijadikan jalan bagi para politisi untuk memperbaiki citra diri mereka dihadapan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar