Rabu, 09 Oktober 2013

Keberlangsungan Media Konvensional di Era Media Sosial

Pengajar kali datang dari seorang redaktur Koran Media Indonesia, yaitu Jerom Eugene Wirawan. Kelas diawali dengan pemutaran film yang berjudul “The Denver Times” dalam film tersebut, seorang tokoh wanita mengatakan bahwa dalam dunia jurnalis tidak adalagi kebenaran, yang ada hanya sebuah berita yang diingikan masyarakat. Apa maksud dari perkataannya? Selama pelajaran ini akan dibahas mengenai fakta, kebenaran dan berita.

Jurnalisme memiliki dua pilar, yaitu:
1.      Fakta: fakta itu suci
2.      Kebenaran: kedetailan suatu peristiwa.
Cth: sebuah penembakan terjadi dengan menggunakan senjata berpeluru caliber 455 dari jarak 300m.
              
               Keberadaan fakta dalam jurnalisme menjadi sebuah the ugly truth of journalism, mengapa? Karena jurnalisme tidak mendasarkan pekerjaannya dari opini melaikan sebuah fakta yang sebenarnya tidak semua orang ingin tahu, lihat, dan rasakan. Karena bisa jadi sebuah fakta sangat mengenaskan, namun berita tidak dapat menyampaikan hal-hal tersebut karena ada kode etik jurnalisme. Kode etik ini termasuk di SK 26.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kebenaran milik siapa? Kebenaran memiliki bermacam-macam versi, apalagi dalam penggunaan media sosial sebagai tempat menyebarkan berita, gambar yang tersebar serta keakuratan berita menjadi pertanyaan yang mendasar dengan adanya penyebaran berita di media sosial. Akan terjadi kebenaran berita menurut pribadi atau masing-masing. Namun ditengah kekurangan media sosial sebagai media penyebar berita ada kelebihan dari penggunaan media sosial yaitu kecepatan penyampaian berita. Dalam sekejap berita akan tersebar dengan mudahnya di media sosial. Contohnya apabila ada mention suatu kasus ke sebuah akun twitter @TMCPoldaMetro , belum tentu semuanya dapat diverifikasi kebenarannya.


Karena penggunaan media sosial yang tengah marak di kalangan masyarakat saat ini mempengaruhi keberlangsungan media konvensional saat ini. Media konvensional secara perlahan mulai ditinggalkan. Terjadi penurunan yang drastic dalam penjualan serta penurunan pemasang iklan di media konvensional. Padahal salah satu pemasukan media berasal dari sebuah iklan, banyaknya iklan menentukan seberapa banyak pembaca dalam media tersebut.




ONE REPUBLIC TAMPIL DI GUINNESS ARTHUR'S DAY JAKARTA 2013

Guinness Arthur's Day akan dihelat untuk keempat kalinya pada Oktober mendatang.Setelah sukses dengan The Script, The Creed, Mr.Big, tahun ini Guinness akan menampilkan One Republic dalam rangkaian Arthur's Day Jakarta.Band yang populer lewat nomor "Apologize" ini dijadwalkan akan menghibur penggemar Jakarta pada 26 Oktober 2013 di JIExpo Hall D2, Kemayoran.
"Ini adalah bentuk apresiasi kami untuk penikmat setia Guinness di Indonesia. Untuk itu juga tiket kami menjual tiket dalam harga yang cukup terjangkau," ujar Herman Sulina, Deputy Marketing Director Guinness Indonesia, saat jumpa pers di Marley Bar, Jakarta, Kamis (27/6/2013).Untuk pre-sale, harga tiket dibanderol Rp 350 ribu. Sementara tiket reguler dapat dibeli seharga Rp 500 ribu. "Tersedia 7.000 sampai 8.000 tiket. Untuk tiket pre-sale persediaan terbatas," kata Herman menambahkan. Selain One Republic, Arthur's Day Jakarta akan menampilkan band indie MeW dari Denmark dan Club 8 dari Swedia.Di samping Jakarta, Arthur's Day akan digelar di empat kota lainnya yaitu Medan, Surabaya, Makassar, dan Bali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar